sk83r_z63

Monday, March 17, 2008

Mama-mama Memenuhi Program Televisi Kita


Sepertinya arah pendulum program televisi Indonesia mencapai arah baru. Arah yang seperti biasa akan selalu diikuti oleh hampir semua stasiun televisi. Jika beberapa tahun lalu pernah booming reality show semacam AFI, saat ini reality show model “SuperMama” yang sedang unjuk gigi. Mama yang sebenarnya lebih pantas menjadi penonton untuk menyemangati putra/putrinya kini juga harus menampilkan sisa energi mudanya.

Dengan ini, saya makin meyakini bahwa kata-kata seorang pengamat media yang menyatakan bahwa fenomena pertelevisian di Indonesia adalah fenomena mbebek. Maksudnya, fenomena ini menjelaskan bahwa seakan-akan terdapat perjanjian tidak tertulis antar stasiun televisi untuk saling mennjiplak program. Suatu program yang berhasil ‘meledak’ di sebuah stasiun pasti akan dibebek oleh stasiun lainnya. Tidak terkecuali program mama seperti ini. Format program yang menghadirkan mama-mama dari para publik figur ditemani komentator dan MC yang super-gokil sedang mencapai puncak popularitas.

Saya mengasumsikan program ini sangat eksploitatif. Bagaimana tidak? Mama yang sudah berumur seperti itu disuruh melakukan tindakan yang tidak pantas (semisal berdandan menor, menari dengan panas, jingkrak-jingkrakan, sampai merayu-rayu juri untuk menilai anaknya dengan nilai tinggi). Ditambah lagi durasi program yang gila-gilaan! Di sebuah stasiun televisi program ini dapat berlangsung dari jam 6 sore sampai jam 11 malam. Sangat tidak realistis…

Dari kuliah “penyiaran” yang saya dapatkan, memang fenomena ini tidak dapat dielakkan. Mengingat stasiun televisi kita -yang entah sadar ataupun tidak sadar- menganut ideologi kapitalis, segala hal diukur dengan profit…profit…dan profit, sepertinya tidak ada alasan lain selain itu. Didukung dengan kekuasaaan rating penonton “buatan” AC Nielsen (sebuah lembaga rating program)membuat kekuatan ideologi tadi menjadi “dewa” pertelevisian kita. Seakan-akan tidak ada metode lain untuk menilai minat penonton, seakan-akan menilai bahwa penonton tidak menolak diberi program sampah semacam itu, dan seakan-akan lainnya yang membuat saya semakin muak dengan program stasiun televisi Indonesia…

No comments: