Hari ini tepat 2 hari selepas diklat antikorupsi. Diklat yang aku ikuti (tepatnya jadi panitia bukan peserta) ini terselenggara berkat kerjasama apik antara organisasiku Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komsat UGM (IMM UGM) dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Alhamdulillah, kegiatan ini sesuai target dengan menjaring peserta dari intern IMM se-Yogya sejumlah 50-an lebih (walau kadang silih berganti ijin untuk kuliah).
Diklat Anti Korupsi ini dilaksanakan dari hari Rabu (27 Februari) s.d. Kamis (28 Februari) di Aula Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Di Tiro, Yogyakarta. Kegiatannya jelas mengasyikkan (karena banyak makanannya…) karena diisi dengan berbagai diskusi dan materi yang konstruktif terhadap permasalahan yang konon membuat Indonesia makin sekarat saja.
Yang sedikit mengecewakan tentu saja keterbatasanku dalam diskusi dan mendengarkan materi secara penuh. Bukan karena malas kawan, melainkan murni karena tugasku sebagai bagian pubdok (publikasi dan dokumentasi) yang menuntut untuk bergerak ke sana ke mari “mengabadikan” situasi lewat kamera maupun handycam. Apa boleh buat, walaupun menjadi bagian favorit, hati tetap sedikit kecewa karena kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan tentang korupsi berkurang.
Akan tetapi, dari sekilas pendengaran diskusi dan materi yang dibawakan sangat menarik. Materi yang ada mencakup Pemaparan Anggaran Pemda DIY dari Anggota DPRD Pak Afnan, Fiqh Anti Korupsi dari Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah yang diwakili oleh Ust. Dr. Wawan Darmawan dan tentu saja materi inti tentang perkorupsian dari KPK, yang kali ini diwakili oleh Mas Adi. Lelaki muda ini ternyata memang unik basis dia di KPK bukanlah dari Fakultas Hukum melainkan dari Ilmu Komunikasi (aku banget….). Hehehe… waktu mendengat informasi ini mataku berbinar-binar (tapi ga sampai keluar lambang $ kok, hanya lambang %#^&, bingung maksudnya), artinya peluangku untuk masuk ke instansi non-komunikasi seperti dirinya juga sangat besar. Seraya membayangkan kemana diriku selepas kuliah nanti, akankah Allah mengabulkan doaku untuk mengabdikan ilmu sebagai dosen? Amien… dan Wallahu a’lam…
Bukan berarti hanya kekecewaan yang hadir di dalam diriku dari kegiatan ini. Melainkan secara umum aku juga bergembira. Apa yang dapat digembirakan? Pertama, tentunya kepuasan akan kegiatan organisasi tentunya. Karena memang selama kuliah, kegiatan organisasiku sangat minim, bahkan cenderung vakum mengingat seringkali aku hanya mengakomodir hobi baru: tidur dan merenung sendirian,hehehe. Kedua, tentunya koleksi souvenir yang bertambah. Bukan koleksi souvenir seperti gelang, pin dan stiker yang aku syukuri, melainkan souvenir buku-buku yang insya Allah menambah koleksi perpustakaan pribadiku. Alhamdulillah…
Kemudian, di sini, aku juga mendapati rekan-rekan yang bekerja sekuat tenaga di tengah himpitan jadwal kuliah yang padat. Mereka terlihat lelah dalam bekerja, namun tetap antusias bahkan tetap menampilkan kekhas-an dari IMM: serius tapi guyon, bukan hanya santai kawan. Wal akhir, kegiatan ini mungkin berhenti sampai di sini. Namun, kebersamaan kami sebagai kader-kader IMM tidak boleh berhenti di sini. Kami masih memiliki hutang untuk memperjuangkan ummat seperti yang telah diamanatkan dalam Mars IMM:
“Susila cakap takwa kepada Tuhan
Pewaris tampuk pimpinan ummat nanti”
Ayo! siapapun kita (IMM atau non-IMM) kita punya hutang yang sama dengan ummat ini: memperjuangkannya dalam mencapai keadilan dan kesejahteraan di bawah naungan Islam. Amien…
Doaku: “Semoga alumni dari diklat ini tidak akan menjadi koruptor di masa depan. Apa gunanya pendidikan kalau tidak dapat merubah cara berpikir dan bertindak?”
No comments:
Post a Comment