Pendahuluan
Sejak lebih dari 5 abad lalu saat Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak pertama kali, dapat dikatakan belum ada penemuan dahsyat lainnnya yang sanggup mengubah budaya umat manusia dengan sebegitu kilat selain fenomena internet dan world wide web pada abad ke-20. Duet maut ini sanggup mengoyak banyak aspek-apek humanis yang sebelumnya sangat konservatif menjadi lebih liberal.
Luasnya cakupan dunia maya akanlah menjadi hutan belantara tak berujung yang menakutkan bagi seorang netter (istilah baku untuk pengguna internet). Maka dari itu diperlukanlah sebuah layanan taktis yang siap menjadi penunjuk jalan bagi para netter untuk mengarungi luasnya dunia maya. Dari sini muncullah istilah search engine untuk situs-situs yang menyediakan layanan pencarian data.
Dalam konteks dunia maya, mesin (situs) pencari memiliki pengertian sebagai program yang digunakan untuk mencari file-file yang tersimpan di komputer dalam server umum (www) maupun komputer pribadi.[1]
Saat ini banyak situs pencari tersedia di internet, mulai dari si legendaris Google, Yahoo! Search, MSN search milik “Raja” Microsoft, hingga situs-situs pencari “rasa” lokal seperti SearchIndonesia.com (almarhum) ataupun Incari.com.
Berdasarkan banyak pertimbangan, kali ini saya lebih mereferensikan sebuah situs yang kurang begitu populer di kalangan mahasiswa, namun sebenarnya di dalamnya ada potensi yang jelas tidak kalah dibanding mesin pencari sejenis. Dialah Alexa.Com.
Secara keseluruhan, memang saya akui kemampuan Alexa masih kalah dengan Google ataupun Yahoo! Search. Namun, bukan berarti Alexa tidak punya keistimewaan. Keistimewaan inilah yang akan saya bahas lebih lanjut. Di samping itu saya juga mempertimbangkan belum banyaknya artikel-artikel sejenis sehingga tantangan untuk menjelaskan keistimewaan ini menjadi cukup berarti.
Cara kerja
Cara kerja Alexa dalam mengatur kepopuleran suatu situs berbeda jauh dengan apa yang dilakukan oleh PageRank dari Google. PageRank pada dasarnya adalah suatu program yang tersusun dari hitungan algoritma, hitungan ini menghitung kepopuleran suatu situs berdasarkan keterkaitan suatu link pada sebuah situs dengan link-link lainnya. Hasil keterkaitan itu dijabarkan dengan nilai yang bervariasi antara 1-10. Angka makin besar menunjukkan tingkat popularitas yang tinggi dan akan menempati rangking yang tinggi pula dalam hasil pencarian. Sedangkan menurut Alexa, nilai pentingnya sebuah situs didasarkan pada tingginya jumlah traffic, atau arus jumlah pengunjung. Dan sangatlah logis karena jika traffic sebuah situs tinggi otomatis juga akan menjadi sebuah situs yang populer. hal ini menurut beberapa pihak cukup akurat dan adil ketimbang hasil yang dipaparkan PageRank.[2]
Cara pengindekan situs populer yang dilakukan oleh Alexa adalah dengan toolbar Alexa yang banyak digunakan para netter. Toolbar ini bekerja dengan memonitor situs-situs web yang dikunjungi dan mengumpulkan informasi dari domain-domain tersebut. Data ini kemudian dikirimkan ke Alexa secara anonim. informasi yang dikumpulkan ini digunakan untuk memberi peringkat pada situs web. Memang banyak yang mengeluh tindakan ini mirip spyware, namun jangan keburu skeptis dengan Alexa. Karena tanpa kita ketahui, tenyata bukan hanya Alexa yang menggunakan informasi ini, tetapi Google juga ikut serta![3]
Alexa itu unik
Mengapa saya mencetuskan kata unik untuk Alexa? Sebenarnya simple saja, hal ini dikarenakan hasil pencarian dan fasilitas di dalamnya yang lebih “dalam” dari situs-situs pencari sejenis.
Keunggulan dari Alexa yang akan saya bahas lebih lanjut, yaitu : Pertama, mutlak adalah kemampuannya sebagai mesin pencari yang cukup mumpuni dan masyhur. Setidaknya pada beberapa kalangan masih banyak yang lebih mempercayai kemampuan Alexa ketimbang Google. Perlu diingat, pencarian pada Alexa didasarkan pada traffic suatu situs, jadi sangat dimungkinkan hasilnya akan sangat berbeda dengan hasil yang ditampilkan Google.
Kedua, kemampuannya dalam mendata traffic internet. Kemampuan ini setidaknya menjadikan Alexa “Google”nya mesin penghitung traffic (jumlah kepadatan pengunjung terhadap sebuah situs). Kemampuan ini menurut saya cukup mumpuni ketimbang situs-situs sejenis. Data yang ada pun selalu diperbaharui setiap saat dan dapat dilihat dengan bentuk grafik yang cukup jelas. Data-data tersebut juga dapat dimunculkan dalam fasilitas top sites, baik tingkat global maupun regional pada tiap negara (Indonesia, Amerika, Malaysia, dsb).
Ketiga, fasilitas yang dinamakan Alexa Thumbnail. Fasilitas ini hampir mirip dengan apa yang dimiliki situs domaintools.com di mana pengunjung dapat mengetahui detail data-data yang dimiliki sebuah situs. Contohnya ; saat saya mengetikkan kata ugm.ac.id maka di Alexa Thumbnail akan ditampilkan berbagai data seperti : traffic rangking, jumlah dan asal negara pengunjung, data traffic dalam kurun waktu terakhir, kecepatan akses, no kontak si pemilik situs dan masih banyak lagi.[4]
Analisa
Alexa merupakan salah satu situs teknologi komunikasi dan informasi yang mumpuni. Kalaupun saat ini kurang populer lebih dikarenakan budaya masyarakat sendiri yang lebih senang mencari hal-hal yang instant di internet ketimbang “memelototi” hal yang sedikit expert, seperti perkembangan traffic sebuah situs.
Hasil analisa saya setidaknya dapat saya jabarkan dalam keterangan di bawah ini : Pertama, traffic dapat digunakan untuk menunjukkan kecenderungan suatu negara dalam berinternet. Negara yang lebih maju dan intelek cenderung mengakses situs-situs yang berisi edukasi, informasi, dan perdagangan legal. Sedangkan untuk negara yang masih rada “terbelakang” cenderung hanya sekedar melaksanakan ritual “eskapisme” di dunia maya. Situs yang marak pun banyak rata-rata hanya yang berkaitan dengan game, gratisan, dan “maaf” yang pornografi. Hal ini dapat saya buktikan dari top 100 sites di Indonesia ternyata berisikan sekitar 6 situs porno. Dengan salah satu situs tersebut menduduki rangking ke-16 (rangking yang sangat tinggi).[5] Cukup bertolak belakang bila dibandingkan dengan 100 besar situs Amerika yang hanya berisi 1 situs porno, itupun berada di peringkat yang cukup jauh: peringkat 33.[6] Dengan statistik ini perlu kembali kita pertanyakan eksistensi Indonesia sebagai negara yang beradat ketimuran (sopan dan berbudi luhur), apakah masih atau memang tinggal kenangan?
Kedua, adanya traffic dan detail sebuah situs membantu para netter yang ingin lebih intens di dunia maya. Data tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk pendirian dan pemeliharaan suatu situs. Dengan data tersebut tentu seorang pemilik situs akan paham segmentasi situs favorit pengunjung dan teknik-teknik untuk menaikkan jumlah pengunjung.
Kesimpulan
Dari seluruh uraian di atas dapat kita ambil intisari bahwa Alexa memberikan alternatif pencarian di dunia maya (selain pencarian awam ala Google). Pencarian yang biasa-biasa saja dapat dijadikan expert oleh Alexa dengan menambahkan pelbagai fasilitasnya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika sekali-kali kita tidak mencari seperti biasa, melainkan menumbuhkan budaya “mencari dengan cerdas”.
[1] “ Mesin Pencari”. Wikipedia Indonesia. Diakses pada 24 April 2007. Terarsip di http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_pencari
[2] “Google PageRank vs Alexa Ranking”. Komet Digital Blog. Diakses pada 24 April 2007. Terarsip di http://blog.kometdigital.web.id/2006/ 06/google_pagerank_vs_alexa_ranking
[3] “Alexa Toolbar dan Pengaruhnya pada Indeks Mesin Pencari”. Komet Digital Blog. Diakses pada 24 April 2007. Tearsip di http://blog.kometdigital.web.id/2006/ 06/alexa_toolbar_dan_pengaruhnya
[4] “Alexa Data”. Alexa Web Search. Diakses pada 24 April 2007. Tearsip di http://www.alexa.com/site/devcorner/web_info_services
[5] “Top Sites Indonesia”. Alexa Web Search. Diakses pada 24 April 2007. Terarsip di http://www.alexa.com/site/ds/top_sites?cc=ID&ts_mode=country〈=none
[6] “Top Sites United States”. Alexa Web Search. Diakses pada 24 April 2007. Terarsip di http://www.alexa.com/site/ds/top_sites?cc=US&ts_mode=country&lang=none
No comments:
Post a Comment